twitter
    Find out what I'm doing, Follow Me

May 1, 2010

Sejarah SMAN 1 Malang

SMA Negeri 1 Malang, adalah Sekolah Menengah Atas Negeri, yang terletak di jalan Tugu Utara No. 1, Malang, Jawa Timur, Indonesia. Bersama-sama dengan SMA Negeri 4 dan SMA Negeri 3, mereka dikenal dengan julukan SMA Tugu, dikarenakan terletak di jalan Tugu yang terkenal di Malang.

Sejarah
Sejarah sekolah ini dimulai sejak jaman penjajahan Belanda berpuluh-puluh tahun yang lalu dan waktu itu masih belum dikenal sebagai SMA Negeri 1 Malang sebagaimana layaknya sekarang.

Masa Penjajahan Belanda
Sejak jaman penjajahan Belanda, Malang adalah salah satu kota di Indonesia yang memiliki Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. Pada masa itu Sekolah Lanjutan Tingkat Atas yang diperuntukkan bagi bangsa Indonesia adalah, dalam bahasa Belanda AMS (Algemeene Middelbare School). Sedangkan bagi bangsa Belanda dan Eropa disebut sebagai, dalam bahasa Belanda HBS (Hogere Burger School). Kedua Sekolah Lanjutan Tingkat Atas ini ditutup pada masa pendudukan Jepang di kurun waktu 1942 - 1945.

Masa Pendudukan Tentara Jepang
Sejak tahun 1942, kota Malang tidak segera mempunyai Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. Dan baru pada tahun 1944 didirikan Sekolah Menengah Tinggi (SMT) oleh Kepala Pemerintahan Umum Tentara Pendudukan Jepang. Yang menjadi guru pada waktu itu adalah Bapak Raspio yang berhasil menghimpun sebanyak 90 orang anak laki-laki dan perempuan yang dijadikan dua kelas. Sekolah ini beralamatkan di jalan Celaket No. 55, Malang, dimana nantinya ia menjelma menjadi SMA Kristen Cor Jesu, yang sekarang beralamatkan di jalan Jaksa Agung Suprapto No. 55, Malang. Di SMT ini hanya tiga orang yang berstatuskan sebagai guru tetap, yaitu Bapak Sardjoe Atmojo, Bapak Goenadi dan Bapak Abdoel Aziz. Ketika Bapak Raspio diangkat sebagai Kepala Kemakmuran Malang, maka pimpinan sekolah diserahkan kepada Bapak Soenarjo. Di tahun 1945 terjadi penambahan murid yang cukup banyak yang merupakan limpahan dari murid-murid SMT Surabaya. Dan pada tahun 1946 SMT ini pindah ke gedung di jalan Alun-alun Bundar, Tugu Utara No.1, Malang, Jawa Timur.


Masa Pendudukan Tentara Belanda
Pada hari Senin, 21 Juli 1947, Belanda melancarkan agresi militernya yang pertama. Hany berselang sepuluh hari kemudian, tepatnya pada hari Kamis, 31 Juli 1947, Belanda berhasil merebut kota Malang. Namun mereka mendapatkan sebagian besar kota Malang yang telah hancur, sebab dua hari sebelumnya banyak gedung yang dibumihanguskan, tidak luput juga gedung SMT di Alun-alun Bundar ini. Sejak itu pula, Sekolah Menengah Tinggi produk Jepang itu habis riwayatnya tanpa bekas.

Ketika Belanda menduduki Malang, mereka mendirikan VHO (Voorberindend Hoger Ondewijs = Persiapan Pendidikan yang lebih Tinggi). Sekolah ini dikemudian hari ketika Malang kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi, dinasioanalisasikan menjadi SMA B, dibawah pimpinan Bapak Poerwadi, dan pada akhirnya menjadi SMA Negeri 2 Malang yang sekarang ini.
Dalam masa pendudukan tersebut, dipihak Republik tidak ada sekolah, bahkan kantor Pendidikan dan Kebudayaan berkedudukan di Sumber Pucung kabupaten Malang. Kala itu, tampillah seorang tokoh pendidikan Bapak Sardjoe Atmodjo, yang menghimpun anak-anak dan mendirikan sekolah, yang hanya memiliki tujuh orang murid saja. Namun sekolah tersebut tidak mempunyai gedung, sehingga proses belajar-mengajar berpindah-pindah dari rumah ke rumah. Dalam masa perkembangannya, SMT itu pernah menempati gedung di jalan Kasin, SMA Erlangga sekarang dan mempunyai kelas jauh di SD Ngaglik, Sukun.
Dikarenakan pemerintahan Belanda membuat peraturan, yang menyatakan bahwa sekolah yang tidak berlindung pada suatu yayasan dianggap sekolah liar dan harus dibubarkan. Untuk menjaga sekolah ini tetap ada, maka dipakailah nama SMT PGI (Persatoean Goeroe Indonesia, perubahan dari Persatoean Goeroe Hindia Belanda, pada tahun 1932), suatu yayasan yang ada pada zaman Belanda sudah ada, atau sekolah ini telah memiliki Hak Sejarah (Historisrecht), sehingga sekolah menjadi tetap bisa dibuka.
Dalam perkembangan selanjutnya, SMT PGI berpindah tempat lagi di jalan Arjuno, di Gedung SMP Negeri 8 Malang sekarang. Tidak lama kemudian SMT PGI menempati gedung di jalan Alun-alun Bunder Tugu Utara Nomor 1. Dan setelah mengalami jatuh bangunnya perjuangan mempertahankan kelangsungan hidupnya,maka pada hari Senin Kliwon tanggal 17 April 1950 SMT PGI diresmikan menjadi SMA Negeri oleh Pemerintah Republik Indonesia, dengan Kepala Sekolah yang pertama adalah Bapak G.B. Pasariboe. Dan berdasarkan sejarah inilah ditetapkan bahwa peringatan hari kelahiran dari SMA Negeri 1 Malang diperingat setiap tanggal 17 April.
Bapak Sardjoe Atmodjo, dianggap sebagai perintis SMA Negeri 1 Malang, dengan semangatnya untuk membentuk suatu sekolahan walaupun hanya diikuti oleh tujuh orang siswa saja.
Selain itu terdapat beberapa nama lain yang mendukung tumbuh dan berkembangnya SMA Negeri 1 Malang. Beliau-beliau adalah :
1. Dr. Soerodjo
2. Dr. Poedyo Soemanto
3. Dr. Hadi
4. Ir. Tahir
5. Haji Djarhoem
6. Raspio
7. Mr. Njono Prawoto
8. Haridjaja
9. Soeroto
10. Emen Abdoellah Rachman
11. Dominee Harahap


Masa Kemerdekaan Republik Indonesia
Pada kurun tahun 1950, gedung SMA Negeri di jalan Alun-alun Bunder nomor 1, Malang ditempati oleh tiga sekolah, yakni :
• SMA Negeri pimpinan Bapak G.B Pasariboe, yang pada waktu itu dikenal orang dengan istilah SMA Republik
• SMA Negeri Pimpinan Bapak Poerwadi.
• SMA Peralihan pimpinan Bapak Oesman, dimana para murinya terdiri dari pemuda pejuang yang tergabung dalam TRIP dan kesatuan Tentara Pelajar yang lain.
Kemudian pada hari Jum'at, 8 Agustus 1952, murid-murid jurusan B (ilmu pasti) dari SMA Republik dipindahkan dan dijadikan sekolah baru dan digabungkan dengan SMA pimpinan Bapak G.B Pasariboe. Sehingga nama SMA yang ada di Alun-alun Bunder menjadi :
• SMA Negeri 1-A/C, pimpinan Bapak G.B Pasariboe
• SMA Negeri II-B, pimpinan Bapak Poerwadi
• SMA Negeri III-B, pimpinan Bapak Oesman
Sedangkan SMA peralihan harus ditutup pada tahun 1954 dikarenakan ketiadaan murid pemuda pejuang yang telah lulus semuanya.
Tanggal 16 September 1958, SMA Negeri I-A/C dipecah menjadi dua, maka lahirlah SMA IV-A/C, dengan pimpinan Bapak Goenadi, yang berlokasi di jalan Kota Lama nomor 34, Malang, dan sekarang menjadi SMA Negeri 2.
Tanggal 1 April 1977 filial SMA Negeri Kepanjen diresmikan sebagai SMA Negeri Kepanjen dengan kepala sekolah yang pertama Bapak Drs. M.Moenawar.
SMA Negeri 3 membina sekolah baru dan akhirnya sekolah tersebut menjadi SMA Negeri 5, dengan kepala sekolah yang pertama Bapak Moch. Imam. Sedangkan pada tahun 1975 SMA Negeri 3 juga membuka Filial di Lawang yang akhirnya menjadi SMA Negeri Lawang.
SMA Negeri 4 membina SMA di Batu, yang kemudian pada tahun 1978 diresmikan sebagai SMA Negeri Batu dengan kepala sekolah yang pertama Bapak Drs.Moch.Chotib
Selama kurun waktu itu, beberapa orang yang pernah dipercaya sebagai Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Malang adalah:
• Bapak Sardjoe Atmoedjo, perintis SMA Negeri 1, 1947 – 1950
• Bapak G.B Pasariboe, kepala sekoalah ke-1, 1950 – 1952
• Bapak A.Djaman Hasibuan, kepala sekolah ke-2, 1953 – 1965
• Bapak Sikin, kepala sekolah ke-3, 1965 – 1971
• Bapak Drs.Abdul Kadir, kepala sekolah ke-4, 1971 – 1981
• Bapak Soewardjo, PLH kepala sekolah, 1981 – 1984
• Bapak Drs.Abdul Rachman, kepala sekolah ke-5, 1981 – 1986
• Bapak Drs.H.Moch.Chotib, kepala sekolah ke-6, 1986 – 1991
• Bapak Abdul Syukur, BA, PLH, kepala sekolah 1991
• Bapak Soenardjadi, BA, kepala sekolah ke-7, 1991 – 1993
• Bapak Drs.Munadjad, kepala sekolah ke-8, 1993 – 1998
• Bapak Drs.Sagi Siswanto, kepala sekolah ke-9, 1998 – 2004
• Bapak Drs.Moch.Nursalim,M.Pd, PLH, kepala sekolah 2004
• Bapak Drs.Tri Suharno, kepala sekolah ke-10 13 Juni 2004 – 14 Juni 2005
• Bapak Drs.H.Moh.Sulthon,M.Pd, kepala sekolah ke-11 18 Juni 2005 – Sekarang)

No comments:

Post a Comment

 
!-- end outer-wrapper -->